5 Poin Penting Jurnal: The readiness to adopt green intelligent and sustainable manufacturing for agriculture in industry 4.0 — AIMS Environmental Science, 2025.

 

5 Poin Penting Diskusi:

The Readiness to Adopt Green Intelligent and Sustainable Manufacturing for Agriculture in Industry 4.0
(AIMS Environmental Science, 2025 – DOI: 10.3934/environsci.2025030)

1. Latar Belakang dan Urgensi Topik

Sektor pertanian menghadapi tekanan ganda: meningkatnya kebutuhan pangan akibat pertumbuhan populasi global dan ancaman lingkungan berupa perubahan iklim, degradasi lahan, keterbatasan air, serta emisi karbon tinggi. Pertanian konvensional tidak lagi memadai untuk menjawab tantangan ini. Oleh karena itu, muncul urgensi untuk melakukan transformasi menuju Agriculture 4.0 yang mengintegrasikan teknologi cerdas dengan prinsip ramah lingkungan dan berkelanjutan agar mampu memenuhi kebutuhan pangan sekaligus menjaga keseimbangan ekologi.


2. Konsep Utama: Green, Intelligent, dan Sustainable Manufacturing

  • Green Manufacturing: menekankan efisiensi penggunaan sumber daya, pengurangan limbah, penerapan energi terbarukan, serta praktik ramah lingkungan untuk menekan dampak ekologis pertanian.

  • Intelligent Manufacturing: penggunaan teknologi AI, IoT, machine learning, big data, robotika, dan blockchain untuk mendukung pertanian presisi, monitoring real-time, prediksi panen, serta peningkatan kualitas hasil.

  • Sustainable Manufacturing: mengarah pada sistem produksi jangka panjang yang inklusif, adil, mendukung ekonomi sirkular, dan resilien terhadap perubahan iklim, sekaligus berkontribusi pada pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs).


3. Faktor Kesiapan Adopsi di Sektor Pertanian

Tingkat kesiapan adopsi teknologi pertanian cerdas ditentukan oleh:

  • Infrastruktur digital: akses internet, sensor lapangan, perangkat IoT, energi, serta jaringan logistik.

  • Literasi teknologi: kemampuan petani dan pelaku usaha tani memahami serta mengoperasikan teknologi baru.

  • Kebijakan dan insentif: regulasi yang mendukung, akses pembiayaan, serta program insentif pemerintah.

  • Kolaborasi multi-stakeholder: keterlibatan pemerintah, akademisi, industri, dan komunitas petani dalam menciptakan ekosistem yang kondusif.

  • Inklusi petani kecil: adanya program pelatihan, akses kredit, dan teknologi yang terjangkau agar transformasi tidak hanya dinikmati oleh kelompok besar atau negara maju.


4. Tantangan atau Hambatan

Beberapa kendala yang masih signifikan antara lain:

  • Keterbatasan infrastruktur di wilayah pedesaan, termasuk internet, energi listrik, dan fasilitas transportasi.

  • Kesenjangan sosial-ekonomi yang membuat petani kecil sulit mengakses teknologi canggih karena biaya tinggi.

  • Rendahnya kesadaran dan literasi teknologi di kalangan petani dan pengambil keputusan.

  • Kebijakan dan regulasi yang belum selaras dengan perkembangan teknologi, misalnya kendaraan listrik pertanian yang terhambat infrastruktur charging di pedesaan.

  • Isu keamanan data dan privasi dalam penggunaan teknologi digital (AI, IoT, blockchain) yang masih minim perhatian.


5. Implikasi dan Rekomendasi Penulis

  • Kebijakan inklusif dan dukungan finansial sangat diperlukan agar adopsi teknologi tidak hanya berpusat pada negara maju atau petani besar.

  • Aliansi strategis lintas sektor (pemerintah, swasta, akademisi, LSM) harus dibangun untuk mendorong transfer pengetahuan, inovasi, dan penyediaan infrastruktur.

  • Capacity building melalui pelatihan, penyuluhan, dan program literasi digital petani menjadi kunci sukses adopsi.

  • Penelitian lanjutan disarankan dalam bentuk studi longitudinal untuk menilai dampak jangka panjang, serta eksplorasi integrasi teknologi baru seperti AI, IoT, nanoteknologi, dan blockchain dalam pertanian.

  • Pendekatan partisipatif berbasis komunitas dianjurkan agar transformasi benar-benar menyentuh petani kecil, meningkatkan kepercayaan, dan mempercepat difusi inovasi.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mind Map Ali Haidar A07

Tugas Terstruktur 02